Perlu dipahami dulu bahwa narsistik yang
akan dibahas di artikel ini bukanlah suatu bentuk kepercayaan diri tinggi
maupun kegemaran memposting puluhan foto selfie di berbagai situs sosmed sebagai
suatu bukti kecintaan pada (penampilan fisik) diri sendiri. Yang dimaksud
adalah narcissistic personality disorder (NPD), gangguan kepribadian nyata yang
dimiliki oleh 1% penduduk dunia.
Apa
tanda narcisstic personality disorder?
Dilansir dari laman hellosehat.com, Orang
yang memiliki NPD biasanya menunjukkan perilaku arogan, minimnya empati
terhadap orang lain, dan kebutuhan/hasrat sekaligus tuntutan terhadap
puja-puji. Orang-orang dengan kondisi ini sering dideskripsikan sebagai orang
yang sombong, egois, manipulatif, doyan menuntut sesuatu, dan merasa sangat
yakin bahwa mereka berhak mendapatkan perlakuan khusus bak dewa-dewi dari orang
di sekitarnya.
Orang yang memiliki NPD tidak bisa menerima
kritik hingga ke titik mereka mungkin akan meledak marah ketika sifat mereka
dikritik, atau mereka mungkin memalsukan rasa empati hanya demi mendapat poin
plus dari masyarakat. Mereka mungkin saja menunjukkan penyesalan, iba, atau
murah hati, tapi tidak ingin atau gagal membuat perubahan nyata dalam sikapnya.
Kepribadian narsistik ini muncul dengan
konsisten di lingkungan kerja dan hubungan sosial, bahkan bagaimana mereka
berperan sebagai orangtua terhadap anak-anak mereka.
Kalau
Anda menunjukkan tanda-tanda ini, mungkin Anda orangtua narsis
Sama seperti karakteristik seseorang
narsistik pada umumnya yang ingin terlihat lebih unggul di segala bidang
daripada orang lain, orangtua narsis cenderung memiliki ekspektasi yang terlalu
tinggi terhadap tumbuh kembang anak mereka. Kebanyakan orangtua yang narsistik
ingin memamerkan pencapaian anak dan selalu mendorong anak untuk berbuat
melebihi ekspektasi mereka demi kebanggan mereka sendiri.
Ekspektasi pencapaian yang dibuat oleh
orangtua narsis bukan berdasarkan niat untuk membuat anak menjadi lebih baik,
namun cenderung berdasarkan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri. Hal ini
membuat orangtua tidak/kurang memperlakukan anak mereka sebagai individu secara
utuh, namun sebagai cara atau “boneka” yang akan memberikan keuntungan untuk
pribadi mereka.
Dalam mendorong anak untuk
memenuhi/melebihi ekspektasi mereka yang sudah terlalu tinggi ini, orangtua
cenderung memanipulasi emosi dan pikiran anak. Mereka tidak ragu untuk
menyalahkan (blaming), membuat anak merasa bersalah, membuat mereka merasa malu
terhadap diri sendiri, atau memberikan tekanan mental agar anak menuruti
keinginan orangtua. Perilaku manipulasi tersebut terjadi karena orangtua
menganggap perhatian dan kasih sayang yang mereka berikan merupakan suatu harga
yang harus dibayar dalam hubungan timbal balik, dibandingkan ekspresi pola asuh
orangtua-anak seperti pada umumnya yang tanpa pamrih dan balas jasa.
Ketika anak mulai beranjak dewasa, orang
tua narsistik dapat bersifat posesif. Mereka cenderung menginginkan anak mereka
terus menerus berada di bawah pengaruh mereka dan dapat menunjukan sikap tidak
suka ketika anak sudah mulai hidup secara mandiri.
Dampak
yang dapat dialami oleh anak dari pola asuh orangtua yang narsistik
Akibat pola asuh menyimpang ini, bukan
tidak mungkin hubungan orangtua dengan anak cenderung kaku karena orangtua
terlalu bersikap keras khususnya ketika anak berbuat salah. Orangtua yang
narsistik juga cenderung kurang memahami atau tidak memperhatikan kondisi emosi
anak mereka karena memiliki rasa empati yang rendah terhadap anak.
Dampak utama yang dialami anak akibat pola
asuh orang tua narsistik adalah hambatan perkembangan kepribadian yang dapat
diwujudkan dengan cara yang berbeda-beda, seperti diantaranya:
Baca
juga : Tidak untuk di coba!!! Bahaya Diet Karbohidrat
Mudah menyalahkan diri sendiri. Anak yang
dibesarkan oleh orang tua narsistik cenderung memiliki harga diri yang rendah.
Anak yang dibesarkan oleh orangtua narsis akan lebih mudah mengalami keraguan
dan kegelisahan dalam mengambil keputusan. Pasalnya, mereka sudah terbiasa
untuk menyesuaikan tindak-tanduk mereka sesuai “aturan” ortu hanya agar tidak
dimarahi. Akibatnya ketika mereka berbuat sesuatu, mereka cenderung lebih mudah
larut dalam penyesalan dan menyalahkan diri mereka terus menerus.
Tidak memiliki pendapat sendiri. Pendapat
atau pandangan pribadi akan suatu hal diperlukan untuk mengambil keputusan dan
menentukan sifat. Namun jika Anak dibesarkan oleh orang tua narsistik, mereka
cenderung menekan atau menunjukan sikap tidak suka ketika anak memiliki
pendapat berbeda. Akibatnya ketika beranjak dewasa mereka sulit untuk memegang
dan mengutarakan pendapat pribadi mereka akan suatu hal.
Terlalu khawatir akan hubungan dengan orang
lain. Hal ini disebabkan karena kondisi emosional yang kurang stabil sehingga
seseorang terlalu khawatir akan hubungannya dengan orang lain akan baik-baik
saja atau tidak. Bentuk dari kekhawatiran yang berlebihan tersebut dapat
membuat seseorang menghindar untuk bergantung dengan orang lain atau sebaliknya
terlalu bergantung terhadap orang lain.
Terlalu bersikap independen. Hal ini
merupakan salah satu cara seseorang merespon pola asuh orangtua narsistik.
Dalam hal ini juga terlalu bersikap independen bukan didasari oleh sikap
mandiri melainkan oleh pandangan bahwa tidak ada orang yang dapat dipercaya.
Akibatnya mereka juga mengalami kesulitan untuk memiliki kedekatan emosional
dengan orang alin.
Kurang memperhatikan diri sendiri. Anak
yang memiliki sifat sensitif atau memiliki empati yang cukup tinggi akan
merespon sikap narsistik orangtua dengan bersikap tidak memperhatikan dirinya
dan selalu memperhatikan kebutuhan orang lain, termasuk orangtua dan orang
terdekat. Dampak negatif dari hal ini adalah mereka kurang memperhatikan
kebutuhan diri sendiri, hingga bahkan cenderung membenci dirinya sendiri karena
takut membebani orang lain.

0 Response to "Anak yang Dibesarkan Oleh Ortu Narsis Tumbuh Jadi Orang Rendah Diri"
Post a Comment