Penyebab dan Prosedur Penentuan Anemia Pada
Ibu Hamil
Anemia adalah masalah maternal yang
signifikan selama kehamilan. Kadar hemoglobin yang kurang dari 11 g/dL atau
hematokrit yang kurang dari 33% hendaknya dievaluasi dan diterapi untuk
menghindari transfusi darah dan komplikasinya (Biswas, 1994).
Anemia ibu hamil adalah kondisi dimana sel
darah merah menurun atau menurunnya kadar Hb dalam darah ibu hamil, sehingga
kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan
janin menjadi berkurang. Rendahnya kapasitas darah untuk membawa oksigen memicu
kompensasi tubuh dengan memacu jantung meningkatkan curah jantung. Jantung yang
terus menerus dipacu bekerja keras dapat mengakibatkan gagal jantung dan
komplikasi lain seperti pre eklamsia. Pada ibu hamil jenis anemia yang sering
terjadi adalah anemia akibat defisiensi besi dan asam folat (Tarwoto &
Wasnidar, 2007).
Selama kehamilan, volume darah meningkat
sekitar 50% dan massa sel darah merah juga meningkat sekitar 25%. Hidremia ini
akan menurunkan hematokrit meskipun sebenarnya tidak menggambarkan adanya
anemia (Biswas, 1994). Oleh karena itu, digunakan istilah anemia fisiologis
untuk menggambarkan penurunan konsentrasi hemoglobin yang terjadi selama
kehamilan normal (Hoffbrand, 2001).
Menurut Wirakusumah (1999), anemia adalah
suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari normal. Anemia
gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah,
artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya
pembentukan sel-sel darah merah. Semakin berat kekurangan zat besi yang terjadi
akan semakin berat pula anemia yang diderita. Sedangkan pengertian defisiensi
zat besi tanpa anemia menurut Husaini (1989), yaitu selain cadangan zat besi
juga di dalam plasma masih berkurang tetapi hemoglobin masih normal. Sementara
anemia defiensi besi terjadi bila cadangan zat besi di dalam plasma dan
hemoglobin kurang dari normal.
Menurut Demaeyer (1995), penetapan kadar Hb
yang dianjurkan WHO adalah cara spektrofometer, dengan metode
cyanmethaemoglobin, metode ini paling populer karena secara praktis mengukur
seluruh hemoglobin. Prosedur akurat dan dapat diandalkan karena dapat memecah
Hb menjadi salah satu komponen yang kadarnya ditentukan dengan jalan
mencocokkan warnanya dengan standar yang telah diketahui pada kalorimeter
fotoelektrik, atau dengan mengukur penyerapan pada spektofotometer. Keunggulan
lainnya adalah standar yang digunakan tetap stabil untuk waktu lama.
Secara umum penyebab anemia defisiensi zat
besi sebagai berikut (Arisman, 2004):
1. Kehilangan darah secara kronis : Pada
laki-laki dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses
perdarahan akibat penyakit, kecelakaan atau akibat pengobatan suatu penyakit,
sementara pada wanita terjadi kehilangan darah karena menstruasi setiap bulan.
Kehilangan zat besi dapat juga disebabkan oleh infestasi parasit seperti cacing
tambang, scistosoma dan trichuris trichiura.
2. Asupan zat besi tidak cukup dan
penyerapan yang tidak adekuat: Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah
bahan makanan yang berasal dari daging hewan, disamping banyak mengandung zat
besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut tinggi dibandingkan dengan
zat besi pada makanan dari sumber yang lain seperti sayur-sayuran. Penduduk di
negara yang sedang berkembang sebagian besar belum mampu untuk makan makanan
tersebut, ditambah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu
penyerapan zat besi (seperti kopi dan teh) secara bersamaan pada waktu makan
menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.
3. Peningkatan kebutuhan akan zat besi:
Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang
lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa kehamilan dan
menyusui.
Ada tiga faktor penting yang menyebabkan
orang menjadi anemia yaitu kehilangan darah karena perdarahan, pengrusakan sel
darah merah dan produksi sel darah merah tidak cukup banyak. Dari ketiga faktor
yang tersebut di atas yang merupakan masalah kesehatan masyarakat adalah anemia
yang disebabkan oleh faktor ketiga yaitu disebut sebagai anemia gizi. Anemia
defisiensi besi adalah yang paling sering terjadi di masyarakat (Husaini, 1989).
Semoga bermanfaat dan Terimakasih sudah
membaca artikel di Blog kami, Informasi yang terkandung di situs ini
dimaksudkan untuk tujuan pendidikan saja dan bukan merupakan pengganti saran,
diagnosis atau pengobatan oleh dokter berlisensi.
Refference antara lain :•Tarwoto &
Wasnidar. 2007. Anemia pada ibu hamil. Jakarta: Trans Info Media; •Wirakusumah,
E. 1999. Perencanaan menu anemia gizi besi. Jakarta: Trubus Agriwidya;
•Husaini, M.A. 1989. Study nutritional anemia an assesment of information
complication for supporting and formulating; national policy and program.
Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes; •Arisman, M.B. 2004. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC; •Demaeyer . 1995. Pencegahan dan pengawasan
anemia defisiensi besi. Jakarta: MB. Widya Medika; •Biswas, M.K., 1994,
Cardiac, Hematology, Pulmonary, Renal & Urinary Tract Disorders in
Pregnancy.
Sumber : indonesian-publichealth.com

0 Response to "Penyebab Anemia Pada Bumil"
Post a Comment